Dec 29, 2013

Mengenal Punden Berundak Gunung Padang Cianjur

Mengenal Punden Berundak Gunung Padang Cianjur

(Pintu Gerbang Situs Megalith Gunung Padang)  

Punden berundak Gunung Padang sampai sekarang dicatat sebagai salah satu bangunan budaya megalitik terbesar di kawasan Nusantara. Tinggalan ini merupakan hasil penemuan kembali pada tahun 1979 oleh para petani yakni Bapak Endi, Soma dan Abidin. Sebelumnya tinggalan ini pernah dicatat oleh NJ. Krom dalam Raaporten Oudheidkundige Dients yang ditulis pada tahun 1914. Krom menulis tentang bangunan berundak Gunung Padang tersebut tertutup oleh hutan dan semak belukar. 

Sejak penemuan kembali pada tahun 1979, berturut-turut telah dilakukan penelitian oleh tim baik dari Direktorat P3SP dan PUSPAN (Sekarang : Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional). Punden berundak Gunung Padang dibangun di puncak bukit dengan ketinggian 885 m di atas permukaan laut. Lokasi tersebyt dikelilingi oleh lembah-lembah yang sangat dalam dan bukit-bukit (pasir dalam bahasa Sunda), di sebelah tenggara Gungun Malati, timur laut Pasir Malang, barat laut Pasir Pogor dan Pasir Gombong, dan di sisi barat daya Pasir Empat dan Gunung Karuhun.
(Jalan menuju situs Gunung Padang)
Sisi barat laut Gunung Padang terdapat lembah mengarah dari barat daya-timur laut. Di lembah tersebut terdapat desa Cimanggu, Ciwangun dan Cipanggulaan yang merupakan desa terdekat dengan situs Gunung Padang. Daerah ini dilalui sungai Cicohang di sebelah barat laut dan sungai Cimanggu di timur. Untuk menuju ke Gunung Padang dapat ditempuh dua rute yaitu melalui Pal Dua dan Tegal Sereh. Melalui jalan Pal Dua harus ditempuh melalui jalan Cianjur – Sukabumi, dari Desa Warung Kondang belok ke kiri menuju Cipadang- Cibokor- Lampegan- Pal Dua – Cimanggu dan Gunung Padang. Sementara melalui Tegal Sereh menempuh jalan Cianjur – Sukabumi, kemudian Sukaraja belok kiri Cireungas – Cibanteng – Rawabesar – Sukamukti- Cipanggulaan – Gunung Padang. 

Secara administrasi punden berundak Gunung Padang termasuk Desa Cimenteng, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Situs ini terletak sekitar 50 Km sebelah barat daya Cianjur, yaitu sekitar 6°57'LS – 107°1'BT. Punden berundak Gunung Padang terdiri dari lima teras yang dibangun dalam ukuran berbeda, Untuk menuju teras-teras sakral punden berundak ini di masa lalu tampaknya sudah diatur sedemikian rupa. 
(Sumur Batu untuk mensucikan diri)
Sebelum menginjakkan kaki di tangga menuju teras pertama para peziarah harus mensucikan diri di kolam batu yang terletak di sebelah selatan tangga. Teras pertama merupakan teras terbawah mempunyai ukuran paling besar kemudian berturut-turut sampai teras kelima ukurannya semakin mengecil. Berdasarkan pengamatan terhadap bentuk dan perkiraan jumlah balok batu struktur punden, dapat disimpulkan bahwa punden berundak tersebut tersusun dari ribuan balok batu. 

Beberapa ahli sebelumnya berpandangan bahwa balok-balok batu dibawa dari daerah sekitar, kemudian disusun di puncak Gunung Padang. Hasil orientasi dan pengamatan terhadap bukit yang gundul (waktu musim kemarau) menunjukkan batuan konstruksi Gunung Padang tidak ditemukan di bukit sekitarnya. Begitu juga dengan survei yang dilakukan di dua aliran sungai di sebelah barat dan timur. Di lokasi tersebut tidak ditemukan jenis batuan Gunung Padang. Temuan di sekitar Gunung Padang antara lain 3 monolit di Cipanggulaan, Pasir Empet dan Pasir Salam. Batu tersebut oleh masyarakat sekitar disebut batu kereta karena berbentuk agak membulat di bagian atas dan agak vertikal di depan dan belakang seperti gerbong kereta. Tinggalan lainnya adalah teras berundak di Desa Ciukir (Tim Peneliti 2002). 
(Hamparan batu megalitih Gunung Padang)
Berdasarkan hal inilah disimpulkan bahwa batuan penyusun teras-teras Gunung Padang berasal dari Gunung Padang sendiri. Simpulan ini diperoleh dari hasil eksakavasi di teras 1, yang berhasil menampakkan hamparan balok-balok batu di bawah susunan batu teras. Balok-balok batu tersebut merupakan columnar joint dengan posisi horizontal dan orientasi hamparan timur-barat melintang orientasi keletakan Gunung Padang. 

Balok-balok batu tersebut memiliki bentuk yang sama dengan balok-balok batu penyusun teras berundak Gungung Padang berbentuk prismatik dengan ukuran yang berbeda dengan yang lainnya. Masing-masing balok tersebut dilapisi oleh kerak lempung. Sementara itu balok-balok batu prismatik yang tampak berwarna keabu-abuan penyusun teras merupakan hasil akhir pengolahan bahan setelah ditambang dengan cara melepaskan lapisan kerak lempung yang menyelimuti batu saat terpendam dalam tanah. Balok-balok batu dari hasil olahan kemudian dimanfaatkan sebagai bahan penyusun masing-masing bagian konstruksi punden berundak Gunung Padang, mulai dari tangga hingga teras tertinggi (teras 5). 
(batu-batu menhir di Gunung Padang)
Susunan balok-balok batu di masing-masing bagian bangunan punden berundak Gunung Padang, berdasarkan hasil pengamatan memperlihatkan pola yang berbeda baik susunan tangga naik, dinding teras maupun teras. 

Tangga naik menuju teras pertama Gunung Padang terletak sebelah tenggara bukit, dan menempati bagian bukit, dan menempati bagian bukit yang cukup terjal. Untuk mengatasi hal tersebut, tampaknya di masa lalu diatasi dengan membuat tangga berliku dan peletakan balo batu dengan pola membujur dan melintang. Masing-masing anak tangga umumnya terdapat 3 atau lebih balok batu membujur, kemudian dikunci oleh balok-balok batu yang diletakan melintang. Peletakan-peletakan balok-balok batu dengan cara demikian tampak dilakukan secara berulang terutama pada bagian-bagian tangga yang masih dapat diamati, dari awal tangga naik sampai tangga akhir sebelum menuju ke teras pertama, sepanjang ± 150 meter. 
(teras pertama yang disebut lawang pamuka)
Setelah bagian tangga, teras 1, peletakkan balok-balok batu penyusun dinding dilakukan dengan menempatkan balok-balok batu membujur mengikuti arah keletakan dinding. Bila dinding yang disusun mengarah ke sisi barat, maka arah bujur keletakan balok batu mengarah ke sisi barat. Untuk memperkuat balok-balok batu maka rongga/sela yang tedapat antar balok batu di ganjal atau diisi dengan bongkahan batu. Susunan batu cara demikian tampak jelas pada dinding teras 2 sisi sebelah barat daya. 

Untuk dinding teras yang tidak terlalu vertikal, susunan balok-balok batu tampak tidak dilakukan demikian. Pada bagian ini ditempatkan melintang dengan jumlah tertentu dan kemudian diapit oleh dua balok batu pada kedua sisi balok batu melintang. Balok-balok batu tidak disusun secara vertikal, akan tetapi mengikuti kemiringan dinding teras, seperti yang terlihat pada dinding sisi sebelah utara teras 2. 
(Saya diantara bebatuan Gunung Padang)
Sementara itu pola susunan balok-balok batu yang diterapkan pada masing-masing bangunan teras lebih beragam, selain ada yang disusun dengan pola membujur dan melintang, juga ada yang disusun dengan pola tegak yang ditempatkan di sekeliling lahan, sehingga diperoleh satu ruang dengan kesan tertutup karena diantara balok-balok batu yang didirikan tegak tersebut terdapat sela yang tampak diperuntukkan sebagai pintu masuk. 

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada November 2012, dideskripsikan 10 pola sambungan balok-balok batu yang khas pada masing-masing bagian struktur di punden berundak Gunung Padang. Pola-pola sambungan balok batu tersebut antara lain ditemukan dalam pola susun sumur bagian kaki Gunung Padang, kemudian pola susun tangga utama, dinding teras 1 sebelah timur dan barat, dinding teras 2, pembatas teras, dinding teras 2, pembatas teras, pembatas halaman, tangga antar halaman, dan sebagainya. 

Hasil cukup menarik dari penelitian terakhir itu adalah temua beberapa susunan batu yang diperkirakan sebagai teras penunjang pada September 2011. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada November 2012 diketahui bahwa susunan batu tersebut tidak semasa dengan kelima teras punden tersebut. Susunan tersebut merupakan hasil bentukan penduduk saat mengolah lahan untuk kebun di lokasi tersebut. Hal ini bahkan berlangsung hingga saat ini. 

Pemanfaatan situs Gunung Padang sebagai tempat untuk melaksanakan ritual sampai sekarang. Biasanya pengunjung yang akan melaksanakan permintaan tertentu di situs ini dengan didampingi Juru Kunci, memulai ritualnya dengan mensucikan diri di sumur yant terdapat di samping tangga batu dengan melewati teras ke 1, 2, 3, 4, akhir ritual yang mereka lakukan berakhir di puncak tertinggi di teras ke 5. 

Di Gunung Padang ini bersemayam 11 leluhur yang diziarahi sesuai dengan niat mereka tancapkan di dalam hati. Tokoh utama yang bersemayam di bagian puncak mereka sebut adalah Eyang Rama dan Eyang Ibu disamping Prabu Siliwangi. Sementara lokasi yang lain adalah lokasi-lokasi yang mereka ziarahi untuk berdoa agar anaknya atau dirinya sendiri pintar mengaji dengan menziarahi lokasi yang dipercaya sebagai tempat bersemayamnya Syekh Marjuli, jika ingin pandai meabuh gendang mereka nyekar ke Eyang Kuta Dunya, jika ingin naik jabatan nyekarnya ke Eyang Tajimalela. 
(Pak Nanang Petugas Gunung Padang berdiri di dekat batu Singgasana)
Biasanya peziarah yang datang ke Gunung Padang selalu didampingi oleh kuncen, yang dianggap dapat berkomunikasi secara spiritual dengan para roh leluhurnya. Tujuannya adalah agar setiap peziarah cepat diterima dan dikabulkan segala maksud dan tujuannya. Wisata ziarah ini biasanya dilakukan pada bulan Maulid, pada pada malam Jum’at Kliwon. Sedangkan wisata alam dan wisata budaya, kebanyakan dilakukan pada hari Minggu dan hari libur nasional. Tetapi jika anda ingin menikmati pemandangan yang indah anda melakukan perjalanan mendaki ke situs ini pada saat bulan purnama. Dengan disinari bulan purnama akan terasa lebih takjub lagi akan kemahakaryaan pembangunan punden berundak Gunung Padang ini oleh nenek moyang kita di masa lalu. 
(jalan rusak menuju situs Gunung Padang)
Tingginya angka kunjungan ke situs Gunung Padang setiap bulannya tampaknya harus dibenahi oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan kabupaten Cianjur dengan manajemen pengelolaan yang profesional, peran pemerintah Kabupaten Cianjur harus segera memperlebar dan memperbaiki jalan menuju lokasi Gunung Padang. Kondisi saat ini sebagian besar jalannya berlubang, sempit dan banyak yang belum diaspal. 

Sumber Balai Pengelolaan Kepurbakalaan Sejarah dan Nilai Tradisional.
Mengenal Punden Berundak Gunung Padang Cianjur
4/ 5
Oleh
Add Comments

Silakan berkomentar dengan menggunakan kata-kata yang baik dan sopan tanpa spam
EmoticonEmoticon