Nov 6, 2019

Contoh Best Practice Bimbingan dan Konseling SMP

Contoh Best Practice Bimbingan dan Konseling SMP


Contoh Best Practice Bimbingan dan Konseling SMP – Bagi bapak dan ibu guru di berbagai daerah, saat ini sedang berlangsung kegiatan PKP (Pengembangan Kompetensi Pembelajaran) berbasis zonasi. Salah satu tugas yang harus dilengkapi salah satunya adalah membuat best practice.

Mungkin ada rekan-rekan guru yang belum mengetahui apa itu best practice?. Best Practice adalah Salah satu jenis karya tulis yang disarankan untuk dibuat oleh pendidik atau tenaga kependidikan.

Baca Juga : Contoh Best Practice PKP Bahasa Indonesia SMP

Best Practice adalah sebuah karya tulis yang menceritakan pengalaman terbaik dalam menyelesaikan sebuah permasalahan yang dihadapi oleh pendidik atau tenaga kependidikan sehingga mampu memperbaiki mutu layanan pendidikan dan pembelajaran.

Best Practice tidak selalu identik dengan hal-hal yang besar dan revolusioner yang dilakukan oleh pendidik atau tenaga kependidikan dalam menyelesaikan masalah, tetapi bisa juga melalui sebuah hal kecil, penerapan alternatif-alternatif pemecahan masalah yang sederhana, tetapi efektif dan dampaknya terasa oleh sekolah.

Sistematika penulisan Best Practice tentu berbeda dengan makalah atau skripsi, berikut sistematika penulisan best practice : 
A. Latar Belakang Masalah, 
B. Identifikasi Masalah, 
C. Tujuan, 
D. Hasil yang Diharapkan, 
E. Pelaksanaan dan Hasil Penyelesaian Masalah, dan 
F. Simpulan dan Saran.

Berikut ini kami berikan contoh best practice untuk guru Bimbingan dan Konseling jenjang SMP :

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran Bimbingan dan Konseling merupakan proses yang dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan peserta didik melaksanakan kegiatan pembiasaan belajar di lingkungan sekolah yang baru, sehingga pemahaman Pembiasaan belajaratau dapat dilakukan dengan baik dan hasil belajar yang optimal  oleh peserta didik.

Dalam praktik pembelajaran Kurikulum 2013 yang penulis lakukan selama ini, penulis menggunakan pedoman POP bimbingan dan konseling . Penulis meyakini bahwa buku tersebut sudah sesuai dan baik digunakan di kelas karena diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Ternyata, dalam praktiknya, penulis mengalami beberapa kesulitan seperti materi dan tugas tidak sesuai dengan latar belakang peserta didik. Selain itu, penulis masih berfokus pada penguasaan pengetahuan kognitif yang lebih mementingkan hafalan materi. Dengan demikian proses berpikir siswa masih dalam level C1 (mengingat), memahami (C2), dan C3 (aplikasi). Guru hampir tidak pernah melaksanakan pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills/ HOTS).  Penulis juga jarang menggunakan media pembelajaran. Dampaknya, suasana pembelajaran di kelas kaku dan anak-anak tampak tidak ceria. 

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa peserta didik diperoleh informasi bahwa (a) siswa malas mengikuti pembelajaran yang banyak dilakukan guru dengan cara ceramah (b) selain ceramah, metode yang selalu dilakukan guru adalah penugasan atau Pekerjaan Ruamh (PR). Sebagian peserta didik mengaku jenuh dengan tugas-tugas yang hanya bersifat teoritis. Tinggal menyalin dari buku teks atau mencontoh temanya. 

Untuk menghadapi era Revolusi Industri 4.0, peserta didik harus dibekali keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills). Salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada HOTS dan disarankan dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning/PBL. PBL merupakan model pembelajaran yang mengedepankan strategi pembelajaran dengan menggunakan masalah dari dunia nyata sebagai konteks siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep esensial dari materi yang dipelajarinya. Dalam PBL siswa dituntut untuk mampu memecahkan permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari (kontekstual). Dengan kata lain, PBL membelajarkan peserta didik untuk berpikir secara kritis dan analitis, serta mencari dan menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai untuk memecahkan masalah yang dihadapi.  

Setelah melaksanakan pembelajaran Bimbingan dan Konseling  dengan model PBL, penulis menemukan bahwa proses dan hasil belajar peserta didik meningkat. Lebih bagus dibandingkan pembelajaran sebelumnya. Ketika model PBL ini diterapkan pada kelas VIIyang lain ternyata proses dan hasil belalajar peserta  didik  sama baiknya. Praktik pembelajaran PBL yang berhasil baik ini penulis simpulkan sebagai sebuah best practice (praktik baik) pembelajaran berorientasi HOTS dengan model PBL.

B. Jenis Kegiatan
Kegiatan yang dilaporkan dalam laporan best practiceini adalah kegiatan pembelajaran Bimbingan dan Konseling Kelas VIII Kompetensi Dasar Belajar kelompok yang efektif.

C. Manfaat Kegiatan
Manfaat penulisan best practiceini adalah meningkatkan kompetensi peserta didik dalam pembelajaran Bimbingan dan Konseling Kelas VIII B pada Kompetensi Dasar Belajar kelompok yang efektif. secara optimal yang berorientasi HOTS.

Bagi bapak dan ibu guru bimbingan dan konseling yang ingin mengunduh contoh best practice bimbingan dan konseling SMP silakan 


Sumber : Taufik Arif Mardianto, S.Pd Guru SMPN 1 Gabuswetan

Bagi yang ingin mendapatkan Best Practice Bimbingan dan Konseling SMP per-bab silakan unduh di bawah ini :

Cover Laporan 

Bab 1, Bab 2, Bab 3 dan Bab 4 
Foto Bimbingan Klasikal
Daftar Pustaka


Sumber : H. Ery Setyawan, S.Psi, M.Si Guru SMPN 1 Losarang



Contoh Best Practice Bimbingan dan Konseling SMP
4/ 5
Oleh
Add Comments

Silakan berkomentar dengan menggunakan kata-kata yang baik dan sopan tanpa spam
EmoticonEmoticon