Contoh Best Practice PKP Bahasa Indonesia SMP
pendidikan
Contoh Best Practice Bahasa Indonesia SMP – Bagi bapak dan ibu guru di berbagai daerah, saat ini sedang berlangsung kegiatan PKP (Pengembangan Kompetensi Pembelajaran) berbasis zonasi. Salah satu tugas yang harus dilengkapi salah satunya adalah membuat best practice.
Mungkin ada rekan-rekan guru yang belum mengetahui apa itu best practice?. Best Practice adalah Salah satu jenis karya tulis yang disarankan untuk dibuat oleh pendidik atau tenaga kependidikan.
Best Practice adalah sebuah karya tulis yang menceritakan pengalaman terbaik dalam menyelesaikan sebuah permasalahan yang dihadapi oleh pendidik atau tenaga kependidikan sehingga mampu memperbaiki mutu layanan pendidikan dan pembelajaran.
Baca Juga : Contoh Best Practice PKP IPA SMP
Baca Juga : Contoh Best Practice PKP IPA SMP
Best Practice tidak selalu identik dengan hal-hal yang besar dan revolusioner yang dilakukan oleh pendidik atau tenaga kependidikan dalam menyelesaikan masalah, tetapi bisa juga melalui sebuah hal kecil, penerapan alternatif-alternatif pemecahan masalah yang sederhana, tetapi efektif dan dampaknya terasa oleh sekolah.
Sistematika penulisan Best Practice tentu berbeda dengan makalah atau skripsi, berikut sistematika penulisan best practice :
A. Latar Belakang Masalah,
B. Identifikasi Masalah,
C. Tujuan,
D. Hasil yang Diharapkan,
E. Pelaksanaan dan Hasil Penyelesaian Masalah, dan
F. Simpulan dan Saran.
Berikut ini kami berikan contoh best practice PKP untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia jenjang SMP :
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 57 menyatakan bahwa evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan pada jalur formal dan nonformal untuk semua jenjang, satuan, dan jenis pendidikan.
Dalam praktik pembelajaran Kurikulum 2013 yang penulis lakukan selama ini, penulis menggunakan buku siswa dan buku guru. Penulis meyakini bahwa buku tersebut sudah sesuai dan baik digunakan di kelas karena diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Ternyata, dalam praktiknya, penulis mengalami beberapa kesulitan seperti materi dan tugas tidak sesuai dengan latar belakang siswa. Selain itu, penulis masih berfokus pada penguasaan pengetahuan kognitif yang lebih mementingkan hafalan materi. Dengan demikian proses berpikir siswa masih dalam level C1 (mengingat), memahami (C2), dan C3 (aplikasi). Guru hampir tidak pernah melaksanakan pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills/ HOTS). Penulis juga jarang menggunakan media pembelajaran. Dampaknya, suasana pembelajaran di kelas kaku dan anak-anak tampak tidak ceria.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa diperoleh informasi bahwa (a) siswa malas mengikuti pembelajaran yang banyak dilakukan guru dengan cara ceramah, (b) selain ceramah, metode yang selalu dilakukan guru adalah penugasan. Sebagian siswa mengaku jenuh dengan tugas-tugas yang hanya bersifat teoritis, dan hanya menyalin dari buku teks.
Untuk menghadapi era Revolusi Industri 4.0, siswa harus dibekali keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills). Salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada HOTS dan disarankan dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) PBL. PBL merupakan model pembelajaran yang mengedepankan strategi pembelajaran dengan menggunakan masalah dari dunia nyata sebagai konteks siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep esensial dari materi yang dipelajarinya.
Salah satu upaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang bermuara pada peningkatan kualitas siswa adalah menyelenggarakan Program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran (PKP).
Untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas, serta pemerataan mutu pendidikan, maka pelaksanaan Program PKP mempertimbangkan pendekatan kewilayahan, atau dikenal dengan istilah zonasi. Melalui langkah ini, pengelolaan Pusat Kegiatan Guru (PKG) TK, kelompok kerja guru (KKG) SD, atau musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) SMP/SMA/SMK, dan musyawarah guru bimbingan dan konseling (MGBK), yang selama ini dilakukan melalui Gugus atau Rayon, dapat terintegrasi melalui zonasi pengembangan dan pemberdayaan guru. Zonasi memperhatikan keseimbangan dan keragaman mutu pendidikan di lingkungan terdekat, seperti status akreditasi sekolah, nilai kompetensi guru, capaian nilai rata-rata UN/USBN sekolah, atau pertimbangan mutu lainnya.
Pedoman ini disusun untuk memberikan arah dalam implementasi Program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran Berbasis Zonasi dalam penggunaan aspek HOTS, 5M, 4 Dimensi Pengetahuan dan Kecapakan Abad 21 di dalam RPP.
B. Jenis Kegiatan
Kegiatan yang dilaporkan dalam laporan praktik ini adalah kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia unit 1 Teks Cerita Pendek kelas IX dan unit 2 Teks Laporan Hasil Observasi Kelas VII.
C. Manfaat Kegiatan
Manfaat Program PKP Berbasis Zonasi adalah sebagai berikut:
1). Membiasakan guru untuk membuat pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga penilaiannya;
2). Membiasakan siswa untuk berpikir tingkat tinggi sehingga dapat meningkatkan kompetensinya;
3). Memberikan acuan kepada kepala sekolah dalam pelaksanaan supervisi akademik;
4). Memberikan acuan kepada pengawas sekolah dalam pelaksanaan supervisi akademik dan manajerial.
Bagi Anda yang membutuhkan contoh Best Practice PKP Bahasa Indonesia SMP silakan
Sumber : Retno Supi Purbandari, S.Pd (Guru SMPN 1 Gabuswetan)