Rangkuman Aktivitas Manusia Zaman Praaksara
pendidikan
Akal manusia menjadikan dirinya menjadi makhluk yang paling
berbeda dan mempunyai keistimewaan untuk mengelola kebutuhan hidupnya dan terus
berkembang menjadi lebih baik. Aktivitas manusia untuk menjalankan
aktivitasnya, seperti untuk mendapatkan makanan, banyak menggunakan akalnya dan
mengoptimalkan fungsi indra seperti penglihatan dan pendengaran serta fisiknya.
Penggunaan akal manusia dapat menciptakan teknologi yang
tersedia dari alam sekitar. Batu, tulang dan kayu dapat digunakan untuk
menciptakan alat yang digunakan untuk berburu hewan dan mengumpulkan makanan.
Alat-alat tersebut selama bertahun-tahun
selanjutnya mengalami perkembangan dan inovasi sesuai dengan kebutuhan pada zamannya.
a. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Sederhana
Keadaan yang tidak stabil dan sering berganti di permukaan
bumi dalam bentuk fisik, iklim, dan sebagainya telah dihadapi oleh manusia.
Makhluk hidup seperti hewan dan tumbuhan sudah menyebar merata di bumi.
Perburuan dan pengumpulan makanan menjadi aktivitas
keseharian manusia pada masa ini. Mereka berburu hewan seperti rusa, kuda,
kijang, kerbau, gajah, dan beberapa hewan lainnya. Pengumpulan makanan berupa
umbi-umbian, buah-buahan, dan berbagai tanaman yang dapat dimakan
Manusia pada masa ini hidup berpindah-pindah dengan
berkelompok. Daerah-daerah yang ditempati oleh manusia perlu memperhatikan ketersediaan
makanan yang cukup. Mereka hidup berpindah-pindah dan menghuni gua-gua serta
cerukan. Pada tahap berburu dan mengumpulkan makanan sederhana ini, penemuan
api dan alat-alat sangat penting.
Api digunakan untuk meramu makanan dan alat-alat menjadi hal
yang penting karena pada perkembangannya alat-alat akan dibuat lagi lebih canggih
dan halus. Api menjadi penting dalam kehidupan manusia dalam mengembangkan
teknologi Pada masa ini, alat-alat yang digunakan masih bersifat kasar dan
terbuat dari batu, tulang, atau kayu. Alat-alat dari batu yang digunakan
misalnya kapak perimbas, kapak penetak, pahat genggam, dan kapak genggam; alat serpih-bilah
seperti pisau, peraut, gurdi, dan mata panah; serta alat-alat yang terbuat dari
tulang belulang atau tanduk. Hasil-hasil kebudayaanpada zaman ini secara
arkeologis disebut dengan zaman paleolithikum.
Zaman paleolithikum dapat dibedakan menjadi dua kebudayaan,
yaitu kebudayaan Pacitan dan kebudayaan Ngandong.
Kebudayaan Pacitan menunjukan alat-alat dari batu sepeti
kapak tapi tidak mempunyai tangkai atau alat penetak (chopper). Alat ini
digunakan dengan cara digenggam dengan tangan. Alat-alat tersebut masih
memiliki permukaan yang sangat kasar. Pada kebudayaan Ngandong banyak didapatkan
alat dari tulang selain kapak genggam dari batu. Alat-alat dari tulang dibentuk
tajam karena digunakan untuk mengorek umbi-umbian. Selain itu ada juga yang
disebut flakes (alat-alat kecil) yang dibuat dari batu yang indah.
b. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut
Pada era berikutnya, kehidupan manusia pada masa berburu dan
mengumpulkan makanan tingkat lanjut masih bergantung kepada faktor alam.
Faktor-faktor tersebut adalah kesuburan, iklim, dan terdapatnya sumber makanan
(hewan dan tumbuhan). Mereka hidup dengan berburu hewan darat, menangkap ikan
di sungai/laut, mencari kerang-kerangan di tepi pantai dan mengumpulkan
biji-bijian, umbi-umbian, buah-buahan serta daun-daunan. Hidup berburu dan
meramu makanan masih menjadi aktivitas sehari-hari. Namun, pada saat ini
faktor-faktor alam menjadi sangat sulit untuk diprediksi. Tanda-tanda mereka
sudah menetap dan bercocok tanam untuk menghasilkan makanan sendiri sudah
tampak untuk menyesuaikan dengan kondisi lingkungan yang tidak menentu.
Mereka sudah mulai menetap cukup lama di gua-gua (abris sous
roche) dan cerukan di tepi pantai. Mereka memilih tempat tinggal yang dekat
dengan sumber air. Jika kalian perhatikan, kehidupan manusia pasti dekat dengan
sumber air hingga saat ini. Pertanian sudah mulai dilakukan dengan menanam
padi, umbi-umbian dan kacang-kacangan. Mereka juga sudah mencoba untuk
berternak dengan menjinakkan hewan.
Namun, tradisi berpindah dan mengumpukan makanan masih
dominan dan menjadi aktivitas keseharian mereka. Mereka yang tinggal dipantai meninggalkan
jejak yaitu berupa sampah dapur berupa kulit kerang atau disebut
kjokkenmoddinger. Pada masa ini manusia sudah masuk kedalam masa Mesolithikum
berdasarkan arkelogis.
Kjokkenmoddinger |
Alat-alat yang digunakan masih sama dengan masa sebelumnya.
Alat[1]alat dari
batu, tulang, tanduk, kulit kerang dan bambu. Alat-alat dari batu, tulang dan
kulit kerang dibuat untuk serpih-bilah dan kapak genggam Sumatra. Alat-alat ini
sudah lebih halus dibandingkan dengan masa sebelumnya. Bambu dapat dijadikan
sebagai cungkil dan sudip sebagai alat untuk mencungkil dan membersihkan
umbi-umbian.
Alat-alat yang digunakan masih sama dengan masa sebelumnya. Alat-alat dari batu, tulang, tanduk, kulit kerang dan bambu. Alat-alat dari batu, tulang dan kulit kerang dibuat untuk serpih-bilah dan kapak genggam Sumatra. Alat-alat ini sudah lebih halus dibandingkan dengan masa sebelumnya. Bambu dapat dijadikan sebagai cungkil dan sudip sebagai alat untuk mencungkil dan membersihkan umbi-umbian.
Pola hunian perkampungan berada di sekitar sumber air dan
dataran tinggi. Pinggiran sungai, danau, tepian pantai dan daerah pantai
merupakan indikator untuk mereka tempati Mereka memilih dataran tinggi untuk berlindung
dari serangan musuh dan binatang-binatang buas.
Pola hunian yang menjadi perkumpungan menumbuhkan rasa
gotong royong di dalam setiap anggota hunian. Mereka terbiasa menebang pohon,
membakar semak belukar, menabur benih, memanen, membuat gerabah, tukar-menukar,
berburu, dan menangkap ikan. Mereka terbiasa bekerja sama dengan dipimpin oleh
seorang pemimpin di perkampungan.
Komunikasi di antara mereka pada masa ini sudah maju.
Penggunaan bahasa sudah menciptakan komunikasi yang berkembang menjadi bahasa yang
berkembang hingga saat ini. Kedudukan pemimpin ditunjukkan kepada orang paling
tua yang berwibawa. Tradisi menghormati orang tua sebagai peran pemimpin telah
ada sejak masa ini.
Masa bercocok tanam mendorong pengunaan teknologi yang lebih
maju dari masa sebelumnya. Alat-alat yang digunakan sudah diasah. Alat[1]alat yang
digunkan seperti beliung persegi, kapak lonjong, kapak batu, mata panah dan
mata tombak. Alat-alat obsidian atau batu kecubung berkembang. Gerabah juga
mulai digunakan dengan teknik pembuatan yang sederhana. Perhiasan-perhiasan
juga sudah diciptakan seperti gelang dari batu dan kulit kerang. Manusia pada
zaman ini meninggalkan benda-benda seperti menhir, dolmen, sarkofagus, kubur
berundak, peti kubur batu, palung, lesung batu, dan patung-patung batu.
d. Masa Perundagian
Masa perundagian diperkirakan oleh ahli sejarah adalah masa
akhir dari masa prasejarah atau praaksara. Perundagian berasal dari kata dasar undagi.
Dalam bahasa Bali, kata undagi berarti seseorang atau sekelompok orang atau
golongan masyarakat yang mempunyai keterampilan dan/atau kepandaian suatu jenis
usaha tertentu dalam membuat gerabah, perhiasan dari kayu/sampan/batu.
Berdasarkan ilmu arkeologi, manusia telah memasuki zaman logam pada masa
perundagian.
Manusia pada zaman ini sudah tidak lagi berpindah. Mereka
lebih nyaman untuk menetap secara berkelompok dengan membangun perkampungan dan
desa. Mereka sudah menyebar dengan menetap di desa-desa di daerah pegunungan,
dataran rendah dan pantai. Mereka sudah terbiasa untuk mengatur kebutuhan
sehari-hari (bertani dan berternak) dengan bergotong royong dan dibagi rata
secara adil.
Pada zaman ini menunjukan kemajuan yang amat pesat. Pola ini
masih digunakan di sekitar kalian. Sistem pembagian kerja menjadi lebih ketat
dan berkembang kepada kegiatan sehari-hari dalam bermasyarakat. Aktivitas
sehari-hari dibagi berdasarkan kepada keterampilannya. Manusia menjadi terarah dengan
mengetahui pengetahuan dan kemampuan masing-masing.
Perkembangan ini menjadikan manusia terbagi menjadi golongan[1]golongan
tertentu dalam melakukan pekerjaan. Sistem pekerjaan ini juga berkembang dengan
sangat baik. Pekerjaan semakin terspesialisasi kepada sub-sub yang lebih kecil
dan spesifik.
Kemampuan manusia dalam menghasilkan teknologi jauh lebih
tinggi dibandingkan masa sebelumnya. Manusia sudah mengenal teknik dalam mengecor
logam. Mereka melebur bijih logam untuk dibuat benda-benda keperluan untuk
aktivitas sehari-hari. Penemuan-penemuan baru dengan teknik peleburan, percampuran, penempaan, dan
pencetakan jenis-jenis logam. Emas dan tembaga menjadi logam yang sering
dilebur karena titik leburnya tidak membutuhkan suhu yang tinggi.
Perhiasan-perhiasan diciptakan beraneka ragam seperti cincin, gelang, kalung,
penutup lengan dan sebagainya.
Manusia juga sudah ulung dalam berlayar. Mereka melakukan perdagangan dengan daerah lain mengarungi lautan luas. Perahu bercadik memainkan peranan besar dalam melangsungkan hubungan-hubungan dengan daerah lain. Perdagangan dilakukan dengan sistem barter atau tukar menukar. Barang-barang yang laku kala itu adalah nekara perunggu dan perhiasan-perhiasan dari logam dan manik-manik. Mereka mempercayai bahwa benda-benda tersebut mempunyai unsur magis dan bersifat khas. Unsur-unsur ini masih lestari di Indonesia. Mereka masih mempercayai unsur-unsur magis yang dipercayai terdapat di dalam benda-benda sehingga diberi nama dan dirawat dengan baik.
Dikutip dari buku siswa SMP kelas 7 kurikulum merdeka Kemdikbud Ristek RI.