Nilai-Nilai Budaya Masa Praaksara di Indonesia
pendidikan
Belajar dari kehidupan manusia pada masa praaksara, maka terdapat nilai-nilai budaya dan tradisi yang dapat kita ambil sebagai pelajaran dan suri teladan. Nilai-nilai budaya dan tradisi ini masih terlihat dalam kehidupan masyarakat Indonesia hingga saat ini. Nilai-nilai tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
Masyarakat praaksara sudah memiliki kepercayaan terhadap adanya kekuatan ghaib. Mereka mempercayai bahwa pohon rimbun yang tinggi besar, hutan lebat, gua yang gelap, pantai, laut atau tempat lainnya dipandang keramat karena ditempati oleh roh halus atau makhluk ghaib. Mereka meyakini bahwa kejadian-kejadian alam seperti hujan, petir, banjir, gunung meletus, atau gempa bumi adalah akibat perbuatan roh halus atau makhluk ghaib. Untuk menghindari malapetaka maka roh halus atau makhluk ghaib harus selalu dipuja. Kepercayaan terhadap roh halus ini disebut dengan animisme.
Selain percaya kepada roh halus, mereka juga percaya bahwa benda-benda tertentu seperti kapak, mata tombak atau benda lainnya memiliki kekuatan ghaib, karena ada kekuatan ghaibnya maka benda tersebut harus dikeramatkan. Kepercayaan bahwa benda memiliki kekuatan ghaib seperti keris, tombak, dan lain-lain disebut dinamisme.
Animisme adalah Kepercayaan dan pemujaan terhadap roh nenek moyang. Beberapa jenis bangunan yang termasuk bangunan Megalithikum untuk pemujaan roh nenek moyang di antaranya adalah:
a. Menhir, yaitu bangunan Megalithikum yang berupa tugu batu yang berfungsi sebagai
tempat pemujaan roh nenek moyang, atau
penanda peringatan untuk orang yang telah meninggal.
Menhir (idsejarah.com) |
b. Dolmen, yaitu bangunan berupa meja batu yang berfungsi
untuk meletakan persembahan untuk roh
nenek moyang
Dolmen (balubu.com) |
c. Peti Kubur Batu, yaitu peti terbuat dari batu yang yang terdiri atas 6 papan batu dan berfungsi sebagai tempat menyimpan jenazah.
Peti kubur batu (bocoransoalpelajaran.blogspot.com) |
d. Waruga merupakan peti kubur batu dalam ukuran yang kecil. Bentuknya kubus dan bulat. Waruga banyak ditemukan di Sulawesi Tengah.
Waruga (balubu.com) |
e. Sarkofagus adalah bangunan berupa kubur batu yang berbentuk seperti lesung dan diberi tutup. Sarkofagus banyak ditemukan di daerah Bali.
Sarkofagus (balubu.com) |
f. Punden berundak adalah bangunan bertingkat yang dihubungkan tanjakan kecil. Punden berundak berfungsi sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang.
Punden Berundak (Balubu.com) |
g. Patung. Bentuk patung masih sangat sederhana umumnya berbentuk binatang atau manusia.
Arca (insanpelajar.com) |
Sedangkan Dinamisme adalah Kepercayaan bahwa benda memiliki
kekuatan ghaib contohnya percaya pada kekuatan keris, tombak, atau benda lain
yang memiliki kekuatan gaib
2. Nilai Gotong Royong
Masyarakat praaksara hidup secara berkelompok, mereka bergotongroyong untuk kepentingan bersama, contohnya membangun rumah yang dilakukan secara bersama-sama. Budaya gotong royong juga dapat terlihat dari peninggalan mereka berupa bangunan-bangunan batu besar yang dapat dipastikan dibangun secara gotong royong.
3. Nilai Musyawarah
Dalam kehidupan berkelompok, masyarakat praaksara telah mengembangkan nilai musyawarah. Hal ini dapat ditunjukkan dengan dipilihnya pemimpin yang dianggap paling tua (sesepuh) yang mengatur masyarakat dan memberikan keputusan untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bersama.
4. Nilai Keadilan
Nilai keadilan sudah diterapkan dalam kehidupan masyarakat praaksara, yaitu adanya pembagian tugas sesuai dengan kemampuan dan keahliannya. Tugas antara kaum laki-laki berbeda dengan kaum perempuan. Hal ini mencerminkan sikap yang adil karena setiap orang akan memperoleh hak dan kewajiban sesuai kemampuannya.
5. Tradisi Bercocok Tanam
Salah satu cara yang dilakukan oleh masyarakat praaksara
untuk memenuhi memenuhi kebutuhan hidup adalah dengan bercocok tanam. Hal ini
dibuktikan dengan ditemukannya alat khas pertanian yang berupa beliung persegi
dan alat lainnya.
6. Tradisi Bahari (Pelayaran)
Masyarakat praaksara telah mengenal ilmu astronomi.Ilmu ini sangat membantu pada saat mereka berlayar dari pulau ke pulau dengan memakai perahu yang sangat sederhana. Perahu-perahu cadik merupakan bentuk yang paling umum dikenal pada waktu itu.Perahu bercadik adalah perahu yang kanan-kirinya dipasang alat dari bambu dan kayu agar perahunya tidak mudah oleng. Perahu bercadik memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan masa praaksara, selain sebagai sarana lalu lintas sungai dan laut, perahu ini juga berperan sebagai alat penyebaran budaya.
Bisa menggunakan aplikasi Power Point atau edit video seperti Kinemaster, VN, CapCut, atau yang lain
Gunakan backsound yang bebas hak cipta atau No Copyright Sound klik di sini
Isi materi dengan menggunakan suara atau tulisan sendiri untuk memperjelaskan materi
Dilengkapi dengan tujuan pembelajaran
Jangan lupa cantumkan nama-nama siswa dan kelas ke dalam video tersebut
Sebagai contoh silakan lihat video pembelajaran berikut ini :